Sabtu, 12 Februari 2011

wan saad

Wan Saad: Dari Supir Truck ke Pelukis Profesional
Oleh : Dr. Agus Priyatno, M.Sn
Virya Design© 2008 Harian Analisa. All rights reserved


Setelah tamat SMA, Wan Saad bekerja serabutan sebagai supir truk tronton dan perawat alat-alat berat. Dia mengantar peti kemas dari berbagai sentra industri di Medan ke pelabuhan Belawan. Terkadang Saad juga menyupir truk bermuatan peti kemas, hingga ke Jakarta.

Pekerjaan serba berat dijalani sambil terus belajar melukis di sela-sela waktu luangnya. Dorongan hatinya, begitu kuat untuk menekuni dunia senilukis. Saad berhenti sebagai sopir truk, mulai menciptakan lukisan dan berusaha menjadi pelukis profesional. Datuk, demikian teman-temannya di Payung Teduh selalu memanggilnya, karena teman-temannya menginginkan, suatu saat kelak Wan Saad bisa menjadi Datuk pelukis nasional dari Sumatera Utara.

Rumah tinggal Saad beralamat di Jalan Letda Sudjono Gg. Rukun no. 11 Medan. Dia aktif melukis di studio Payung Teduh Medan. Anak pertama dari tujuh bersaudara, satu-satunya yang menjadi pelukis. Ayahnya seorang pelaut, tidak setuju Saad menjadi pelukis.

Di mata orang tuanya, profesi pelukis tidak bisa memberikan kehidupan yang lak bagi dirinya, apala bagi keluarganya. Wan Saad alias si Datuk, dia tetap pada pendiriannya, bertekad menjadi pelukis. Suka dan duka profesi pelukis pun ditempuhnya.
Masa Remajanya

Saad berkeinginan menjadi pelukis sejak masih kanak-kanak. Di sekolah, lukisan-lukisannya selalu mendapat nilai paling tinggi. Selain dikenal pandai melukis, Saad juga pandai membuat dekorasi. Dia suka memperindah ruangan dengan hiasan-hiasan yang diciptakan sendiri. Kemahirannya itu membuat Saad sering diminta guru sekolahnya, untuk mendekorasi kelas pada acara-acara tertentu.

Pak guru Bahrum, guru sekolahnya di SD Azizi Bandar Selamat, memberikan pengaruh besar terhadap kegemarannya melukis. Pak guru Bahrum memajang karya-karya Saad di ruang kelas sekolahnya. Hal ini sangat membesarkan hatinya, mendorong Saad semakin bersemangat untuk menjadi pelukis.
Tamat SMA 1982, Saad belajar melukis pada Amrin Rizal Siregar, dosen Sastra Inggris di Universitas Islam Sumatera Utara (UISU) Medan. Amrin memberi spirit kuat pada Saad dalam menekuni dunia senilukis.

Amrin mengajari Saad melukis pemandangan dan berbagai corak senilukis lainnya. Saad merasa, Amrin sangat perperanan dalam mendorongnya menjalani profesi kesenimanannya.

Menambah kemampuan tekniknya, Saad bergaul dengan banyak seniman Medan. Belajar dilakukannya pada para pelukis yang lebih mapan seperti pelukis dari komunitas Sanggar Rowo.

Menjadi Pelukis Profesional

Saad lahir di Deli Tua, Deliserdang, 14 Agustus 1963. Istrinya Farida Hutasuhut dinikahi tahun 1985, mendukung sepenuhnya profesinya sebagai pelukis. Pasangan ini dikaruniai delapan anak. Saad berharap, dari kedalapan anaknya ada yang menjadi pelukis, agar ada yang meneruskan dan mengembangkan dunia senilukis.

Jika tak ada juga yang mau menjadi pelukis, Saad tetap memberi kebebasan kepada anak-anaknya untuk menentukan sendiri jalan hidupnya. Mereka bebas memilih profesi yang diinginkannya. Karena menjadi pelukis tidak bisa dipaksakan, tetapi harus datang dari keinginan hati yang kuat. Seperti ketika dia memutuskan menjadi pelukis profesional.

Selain melukis, Saad juga aktif dalam berbagai kegiatan senirupa seperti menjadi juri lomba melukis dan membina anak-anak belajar melukis. Saad selalu ingin maju. Keinginannya setiap hari, menjadi lebih baik dari hari sebelumnya. Menjalani hidup apa adanya, suka-duka kehidupan sebagai pelukis dijalani dengan keikhlasan. Rezeki hidup, kadang cukup kadang kurang, dianggapnya biasa saja.

Dalam satu bulan, rata-rata dia ciptakan satu, hingga empat lukisan. Harga lukisannya antara lima ratus ribu, hingga lima belas juta rupiah. Pembeli lukisannya dari berbagai kalangan, termasuk tokoh masyarakat, diantaranya Hasril Tanjung Kasdam I Bukit Barisan. Lukisan-lukisannya banyak dipajang di galeri Dee Dee Do milik pengusaha Armyn. Galeri yang ada di Jalan H. Zaenul Arifin, Kampung Keling Medan.

Saad berkepribadian terbuka, suka bergaul dengan siapa saja. Teman-temannya cukup banyak, terutama para seniman Medan dalam komunitas Payung Teduh dan Sanggar Rowo. Bersama teman-teman pelukis, Datuk Peyunjg Teduh ini, beberapa kali menyelenggarakan pameran bersama di sejumlah galeri yang ada di Medan, antara lain Rumah Seni Rajawali dan Geleri To2.

Saad mengagumi lukisan karya pelukis Dullah dari Indonesia dan lukisan karya pelukis Rembrandt van Rijn dari Belanda. Lukisan Dullah dikaguminya karena keindahannya, terutama dalam melukiskan keindahan alam.

Lukisan Rembrandt dikaguminya karena keindahannya dalam menyusun komposisi gelap-terang (kiaroskuro) lukisan, sehingga mampu membimbing pemirsa lukisan menuju pada pusat perhatian lukisan.

Saad selalu belajar dan selalu ingin meningkatkan kemampuan teknik melukisnya. Dia selalu belajar dari pengalaman dan lingkungan, selain itu juga dari buku-buku senilukis. Saad gigih belajar secara mandiri, hingga mampu melukis teknik cat minyak dengan baik.

Dia mampu mengolah warna, menyusun komposisi, membuat pusat perhatian lukisan dan menciptakan keindahan lukisan. Lukisan-lukisannya bertema pemandangan, alam benda, flora dan fauna serta model manusia.

Melukis wajah manusia termasuk sulit, namun Saad bisa melukiskannya dengan baik. Dia sudah menguasai tekniknya, sudah cukup banyak orang pesan lukisan wajah kepadanya. Beberapa tokoh masyarakat juga pernah dilukisnya.

Memandang Masa Depan

Saad menjalani profesi pelukis telah lebih dua dasawarsa, suka-duka telah banyak dijalaninya. Dapat melukis dengan baik adalah hasil kerja kerasnya. Dia mampu menciptakan lukisan melalui proses belajar.
Ketekunan, kosentrasi, dan kesungguhan diperlukan, agar pelukis mampu menguasai teknik melukis dengan baik. Saad mendapatkan ilmunya tidak dari sekolah seni formal.

Berbekal kemampuan yang diasahnya dengan kegigihan, Saad menghadapi hidup semata-mata dari kerja profesional sebagai seniman lukis. Menghidupi seorang istri dan delapan anaknya dari kerja sebagai pelukis. Dia memandang masa depan dengan optimis dan berharap segala sesuatunya akan menjadi semakin baik di masa datang.
Saad produktif melukis dan selalu aktif mengikuti berbagai kegiatan pameran lukisan yang diselenggarakan di Medan dan kota-kota lain di Indonesia. Harapannya adalah dunia senilukis di Medan dapat memberi kontribusi dalam perkembangan seni di tingkat Nasional. Terus berkarya dan menunjukkan eksistensi sebagai pelukis adalah salah satu jalan ke arah itu.

Para pelukis di Medan dan Sumatera Utara sebagian besar adalah pelukis otodidak. Mereka mampu melukis dengan baik karena kegigihannya belajar secara mandiri. Mereka pribadi tangguh, belajar dari lingkungan yang ada dan berusaha meningkatkan kemampuan diri dari hari ke hari. Pamrih dari kerja keras mereka hanyalah mampu menciptakan karya seni yang baik, sehingga mampu survive sebagai pelukis profesional. Saad satu diantaranya.

Penulis; Dosen Jurusan Pendidikan Seni Rupa FBS Unimed.


1 komentar:

  1. saya sangat senang ketika membaca biografi wan saad..
    dia adalah guru kesayangan saya, banyak ilmu yg saya dapatkan dari dya...2

    BalasHapus