Jumat, 11 Februari 2011

tabrani rab

Kapan Tanah Rohil Masuk Chevron?
Tabrani Rab
Riaupos > January 23, 2011
Adalah tanah Sakai di Rokan Hilir. Tanah inipun dibincangkan, apakah masuk tanah Chevron atau tetap merupakan tanah nenek moyang Sakai. Sakai inipun bermacam-macam sukunya kalau tinggal di Rokan namanya Sakai yang kadang-kadang dipanggil Bonai. Tapi kalau suku ini tinggal di Malaysia selain perumahannya bertingkat di Gombak dan pakai dasi lagi, nama Sakai inipun berubah menjadi Yakun dan  mendapat prioritas  utama dari pemerintah.

Walaupun antrian berobat panjang di rumah sakit Yakun tetap mendapat hak yang utama. Baru sesudah itu orang Melayu dan dibelakangnya ya warga Cina lah. Dan dibelakang lagi India. Mau dibelakang sekali? Yaa orang Indonesialah yang digolongkan kedalam Indon alias Indonesia. Di Riaupun nama Sakai ini berubah. Di Rokan dipanggil Bonai, di Siak dipanggil Sakai, di Kerinci dipanggil Talang Mamak. Ada juga suku-suku asli yang lain Suku Laut, suku Akit, suku Duanu walaupun trendnya berganti-ganti.

Balik  ke cerita yang tadi, itu kalau lahannya suku asli punya. Kalau minyak di Rokan Hilir yang didapat sesudah tahun 60-an tak ada lagi perjanjian begitu. Walaupun Sakai merasa tanah mereka telah dirampok pemerintah dan beramai-ramai datang ke Penaso namun Sakai tetap merasa memiliki. Walaupun usaha intrik menembak mereka dari pesawat terbang dianggap sebagai pahlawan.

Belum juga Sakai ini tumpur lebur, dibaca pula berita  “Presiden Chevron mengadu ke DPRD Propinsi Riau”. Apa pasal? Presiden Direktur Chevron Abdul Hamid Batubara meminta pemerintah daerah di Riau membantu pihaknya dalam proses pembersihan jalur pipa minyak yang kini banyak dijadikan bangunan tempat tinggal masyarakat. Selain bisa mengganggu operasi perusahaan migas tersebut, keberadaan bangunan yang diduga liar itu beresiko tinggi dalam keselamatan penduduk sendiri. Apalagi pipa yang sudah tua dilindas oleh truk berat. Maka pipa akan mengalami tekanan berat. Ini yang banyak menimbulkan kebocoran. Karena itu kami minta dukungan untuk program pembersihan jalur tersebut. Abdul juga mengatakan saat ini jalur pipa dan transmisi jaringan listrik telah banyak dipakai masyarakat sebagai bangunan tempat tingal. Kondisi terparah berada di jalan Lintas Sumatera mulai dari Pinggir, Mandau, Rokan Hilir termasuk di Dumai.

Masih menurut Abdul Hamid, aksi pendudukan tersebut saat ini makin komplek  karena sebagian tanah Negara yang diduduki masyarakat tersebut didukung surat kepemilikan tanah oleh masyarakat. “Untuk kepentingan nasional yang lebih besar, kami berharap pemda bersedia membantu perusahaan untuk melakukan penataan kawasan itu. Sangat rawan sekali terjadi insiden. Dalam kesempatan itu Abdul memboyong sedikitnya delapan orang pejabat tinggi perusahaan raksasa asal Amerika Serikat tersebut.

Sayapun teringat ketika Chevron  mengambil jalan pintas antara Duri dan Dumai maka sekali lagi tanah Sakai dirampok. Dan anehnya bukan tanah Sakai saja, tanah rakyat termasuk suku hambaraja dengan enak saja digusur oleh Chevron. Belasan tahun yang lalu saya diundang Khalifah Yusuf melihat makam Datuk Tukin. Beberapa bulan kemudian disekitar kuburan ini entah minyak, entah harus dari pipa Chevron yang kini sudah dibeli oleh Chevron harus dipindahkan. Entah kemana. Berapa ongkos pemindahan yang dikasih Chevron ditambah dengan sergahan polisi dua bungkus rokok Dji Sam Soe.

Entah berapa kerusakan dibuat Chevron di sungai Siak karena bolak-balik membawa minyak dari Perawang  ke Sungai Pakning  untuk akhirnya di ekspor tak pernah dikaji  tapi yang jelas ikan juara di sungai Siak tak lagi menangkap kalempong begitu kita berak. Jalan minyakpun dibuka Pekanbaru-Dumai, Chevron hanya mampu sebatas membuat jalan berminyak  sehingga jatuh ratusan korban akibat tabrakan di jalan.  

Tahun demi tahun berlangsung, kontrak ini terus diperpanjang oleh Menteri Pertambangan sementara dibelakangnya perusahaan koruptor Pertamina yang kini telah mengganti lambang kuda laut  menjadi lambang tiga keping segi empat menyebabkan Pertamina mengikuti langkah Pelni. Pertamina hanya dikenal dari TV MNC dan rumah sakit Pertamina persis seperti Pelni, yang dikenal oleh hanya rumah sakit pertamburan. Jefri Winterpun menulis ”Satu milyar dolar diambil oleh Ali Murtopo dari Ibnu Sutowo untuk mendudukkan 32 tahun Soeharto melalui partai Golkar”.

Begitu ambisinya Chevron pada tahun 2000 direncanakan produksi 2 juta barel per hari. Dan minyak ini akan kering – kerontang pada tahun 2020. Bagaimana pula pendapat Hugo Chaves sang Presiden Venezuela? ”Kita tak ingin menjadi negara yang menindas hak hidup buruh, anak dan melukai martabat manusia. Kita tak mau jadi negara yang hanya berpikir untuk menaikkan pendapatan, kita mesti jadi negara yang memprioritaskan kehidupan rakyat”. Akan teruskah Chevron mengibuli kita sementara Pertamina yang sejarahnya koruptor dan menteri sumber minyak yang tidak kompeten menyebabkan ibu-ibu harus antri sepanjang tembok Cina di negara penghasil minyak ini.

Tak usahlah lagi kesiangan Chevron, dah muak dah kami. Hutan dihabisi pusat, minyak dilantak habis, yang tinggal kami disini hanya kemiskinan dan pencemaran. Tinggal orang Melayu menyanyi  ”Tudung Periuk”. ”Tudung periuk-tudung periuk pandailah menari, kain yang buruk-kain yang buruk berikan kami untuk mengelap si air mata”.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar