Jumat, 11 Februari 2011

tabrani rab

Lagu Pegawai
Tabrani Rab
Riaupos > January 16, 2011

Baru-baru ini Badan Kepegawaian Daerah (BKD) provinsi dan kabupaten/kota di Riau mengumumkan secara serentak penerimaan Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) 2010. Hampir semua pemuda yang sudah tamat sekolah atau kuliah maka ujung-ujungnya dapat kita lihat  mereka  antri untuk menjadi pegawai negeri. Begitu hebatnya keinginan untuk menjadi Umar Bakri. “Ngah, anak saya ini maunya hanya kerja menjadi PNS Ngah, tolonglah Ngah, bagaimana caranya supaya anak saya ini bisa lulus Ngah”, kata seorang Ibu kepada saya (Dalam hati saya apelah yang nak saya lakukan).

Ambillah misalnya di Kantor Dinas Kesehatan tahun yang lalu pernah diumumkan akan menerima 50 pegawai negeri. Maka berapa yang melamar? 1000. Sebanyak 2.738 orang lulus dalam ujian seleksi calon pegawai negeri sipil (CPNS) Riau 2010, atau hanya enam persen dari jumlah peserta yang mencapai 53.090 orang di Provinsi Riau. Tempat tesnyapun bukan disekolah saja tapi juga di lapangan olah raga. Begitu keluar dari tes tak ada ujung tak ada pangkal  maka ribuan dari tamatan sekolah ini  bersicepat keluar sementara pintunya dibuka hanya sebesar kangkang kera. Yang jelas disemua daerah gambaran begini sama saja.  Dan nanti untuk melihat pengumuman lulus ini merekapun mesti berdesakan hingga ada yang membungkuk cukup lama untuk mencari nama mereka di papan pengumuman. Kalau dia sudah diterima  ceritanyapun menjadi lain. Bagaimana dengan gaji dua sen bisa bertahan hidup. Maka jawabnya adalah korupsi.

Sepertinya pemerintah itu diciptakan untuk pegawai pemerintahlah. Cobalah anda bayangkan buku lintang pukang. Semua proyek yang dibincangkan dulu ijazah untuk Umar Bakri dan anehnya jasanya lebih besar dari pada proyek. Sudah itu sang Umar Bakri ditakut-takutkan pula oleh KPK, Timtastipikor, Kejakung, Kekacang, polisi takut terlibat korupsi. “Walaupun tak diangkat jadi Pimpropun korupsi juga nya kerja orang tua”, ketika saya berbincang dengan seorang pegawai Umar Bakri.

Selang beberapa hari pengumuman PNS ini sayapun membaca “Kesal dipecat, petugas kebersihan buka mulut. Mau jadi penyapu jalanpun harus bayar”. Hahhaha…. tentu kalau tidak dipecat aksi suap ini tidak terbongkar walaupun pekerjaan ini sudah menjadi rahasia umum. Apa kata berita ini?
Praktek-praktek memberikan uang agar bisa menjadi penyapu jalan ini diungkapkan para petugas kebersihan yang dipecat pada awal Januari lalu oleh Dinas Kebersihan  dan Pertamanan Pekanbaru. Dedy Yulisman, mantan penyapu jalanan mengatakan hal tersebut. Ia mengatakan untuk menjadi penyapu jalanan pihaknya menyerahkan uang sebanyak Rp. 2 juta kepada sang mandor yang akan menjadi atasannya dilapangan nanti.

Setelah menyerahkan uang ia pun langsung bekerja. “Kalau untuk masuk jadi tukang sapu ini saya kasih Rp. 2 juta. Memang segitu yang diminta sama kami kalau memang mau bekerja. Mertua saya yang ngasih sama mandor saat datang ke rumah. Saya tahu itu,” ucap pria yang tinggal di Rumbai ini.

Ia menerima tawaran menjadi penyapu jalanan walaupun harus membayar sejumlah uang terlebih dahulu karena saat itu sedang menganggur. Daripada tak bekerja iapun memilih pekerjaan ini  hingga tiga tahun lamanya. “Saya sebenarnya bisa bawa mobil. Tapi karena tak ada pekerjaan, maka saya terima juga. Tapi seperti ini jadinya dipecat setelah 3 tahun”. Bahkan Hendrik petugas kebersihan lainpun bercerita adanya praktek sogok ini bukan saja dialami Dedy Yulisman. Beberapa petugas kebersihan lainnya juga mengalami hal yang sama. “Bukan hanya di Dedy saja yang ngasih uang biar bisa bekerja. Masih banyak yang lain. Ada juga bapak-bapak ngasih Rp. 3,5 juta biar bisa masuk. Saya tak tahu apakah mandor memang disuruh pengawas yang merupakan pegawai dinas. Tapi yang pasti mandor tak bekerja sendiri”.
Kalau dibaca lagi berita selanjutnya maka tak dapat lagi dimengerti entah orang yang bikin peraturannya bingung, entah orang yang membacanya bingung atau di sini bingung disana bingung. Untuk mengikuti terus kegiatan Umar Bakri ini tentu harus pula diciptakan oleh Gubernur; Kiraman – Katibin alias Rakib  Atib supaya dapat memantau Umar Bakri ini kapan dia hilang dari kantor. Saya pernah pula melihat dengan mata kepala saya pegawai negeri ini pulang jam 8 masuk jam 9 jadi terbalik daripada masuk. Bagaimana pula dengan Umar Bakri yang jam 8 sembahyang Dhuha dan jam 9 sembahyang riba, Senin apel Pancasila, Kamis hari olah raga…..ha…? Dan honor malaikat ini mesti pula dibayar, kalau tidak diadukannya pada Izrail maka dicabutnya nyawa Gubernur dan nyawa Sekda, batailah.

Yang jelas nak masukkan sekolah anak habislah berjuta-juta, harga beras terus melonjak naik, harga cabepun tak mau kalah, minyak tanah dan minyak makan pun tak mau ketinggalan. Pokoknya warga makin miskin dan terjepit. Sudahlah pemimpin-pemimpin berhentilah pidato. Karena yang tinggal hanya Bengak.***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar