Jumat, 11 Februari 2011

tabrani rab

Mie yang Tak Sedap
Tabrani Rab
Riaupos > October 17, 2010


Seminggu sekali pastilah saya makan enak. Jangan heran kobe beef steak Rp700 ribu sekali duduk. Tanya kenapa? Karena memang enak. Itu sekarang. Tapi kalau dulu tak ada kobe beef steak tu do. Kalau makan dengan mak saya sudahlah makannya perai, masakan mak saya masakan paling enak sedunia, lebih-lebih kalau belacannya sekilo sekali makan dan kalau sudah udang kering ditumbuk pakai lesung batu dan diperasnya pula limau nipis makannya pun tetungging sankinkan enaknya.

Kalau cerita soal makan. Tentulah ini yang paling sedap. Tapi bagaimana dengan makan mie. Mie instan ini memang makanan rakyat Indonesia. Hampir semua orang menyukainya karena rasanya yang sesuai dengan selera masyarakat kita. Mie yang terbuat dari tepung gandum ini mulai terkenal sejak tahun tujuh puluhan. Produk mie instan ini sangat digemari karena dapat diolah dalam berbagai varian makanan. Mie inipun dapat dibuat mie goreng untuk menjadi teman makan nasi atau dapat dimakan tanpa nasi, bagi keluarga yang pendapatannya minim, mie ini dapat sebagai alternatif untuk memenuhi makan sehari-hari.

Memang mie ini murah meriah. Tidak jarang orang membawa Indomie ke luar negeri bila makanan di luar tidak cocok. Saat terjadi bencana alam pun, orang Indonesia sering sekali menyumbang mie instan seperti Indomie, tentu saja beserta barang-barang kebutuhan lainnya. Konsumsi Indomie secara terus menerus tidaklah dianjurkan. Indomie mengandung pewarna tartrazine yang tidak baik dikonsumsi untuk jangka panjang.

Baru-baru ini produk mie instan Indomie dirazia petugas Departemen Kesehatan dan Makanan Taiwan karena diduga mengandung dua zat yang tidak diperkenankan untuk digunakan dalam makanan dan dilarang dijual. Namun pihak PT Indofood, selaku produsen Indomie menyatakan tidak yakin produk yang dirazia adalah produk yang diekspor resmi ke Taiwan. Dalam rekaman video Public Television Service yang disiarkan di Taiwan terlihat sejumlah petugas menyegel kardus Indomie dan mengambil mie instan itu dari rak-rak toko. Bahkan sejumlah konsumen yang akan membeli Indomie pun terlihat terkejut saat ada razia. Dari hasil tes Departemen Kesehatan Taiwan, Indomie mengandung dua bahan pengawet hydroxy methyl benzoate pada mienya dan pengawet benzoic acid pada bumbunya. Dua bahan ini tidak lolos dalam klarifikasi barang impor.

Pihak Indomie pun menyatakan mie instan yang di ekspor ke Taiwan telah sepenuhnya memenuhi peraturan Departemen Kesehatan dan Biro Keamanan Taiwan. Indofood berkeyakinan mie instan yang dirazia pihak Taiwan bukan mie instan yang ditujukan pasar Taiwan. Jadi yang dijual di Indonesia mengandung bahan yang dilarang di Taiwan. Alasan pemerintah Taiwan menarik Indomie dari pasaran, karena produk ini dinilai mengandung dua bahan yang tidak diperkenankan untuk digunakan dalam makanan. Kedua bahan itu adalah methylparaben atau methyl p-hydroxybenzoate (E218) sebagai pengawet yang tidak boleh digunakan untuk makanan.  Di Taiwan, zat ini hanya digunakan pada produk kosmetik agar tidak berjamur. Karena sifatnya yang anti jamur, metil digunakan sebagai penghambat ragi dalam produk makanan.

Namun Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) Indonesia, menyatakan produk tersebut aman dikonsumsi di Indonesia. “Keamanannya dijamin karena sudah memenuhi syarat dan aman,” jelas Kepala BPOM Indonesia Kustantinah, di Jakarta, Senin 11 Oktober. Klarifikasi ini disampaikan untuk menanggapi razia Indomie di Taiwan. Mengenai Indomie yang beredar di Taiwan, Kustantinah tidak bisa memberi jawaban karena masing-masing negara mempunyai standar berbeda. “Persyaratan yang kita terapkan mengacu pada syarat secara internasional, yakni Codex, badan standarisasi internasional. Sesuai standar itu, kita kembali mengkaji agar bisa mendapatkan risiko paparan maksimum dari bahan tambahan pangan,” ujarnya.
Kini Otoritas Pertanian, Makanan, dan Hewan Singapura (Agri Food and Veterinary Authority/AVA) tengah menyelidiki untuk memastikan produk Indomie di Singapura aman dikonsumsi. Penelitian tersebut dilakukan menyusul laporan bahwa Taiwan telah melarang produk Indomie. Otoritas Taiwan mengatakan mereka menemukan kandungan bahan pengawet para hydroxy benzoic acid di mie produk Indomie. Bahan pengawet tersebut, menurut Taiwan, biasa dipakai untuk kosmetik. AVA mengatakan para hydroxy benzoic acid tidak boleh dipakai di mi instan yang ada di Singapura. AVA sudah menguji produk Indomie. Namun, hasilnya belum diketahui. Mereka pun belum menarik produk Indomie saat ini. Bagaimana dengan merk mie yang lain? Menurut Waspada Online (13/10) “Konon, Mie Sedap produksi kelompok Wings juga mengandung bahan pengawet sejenis, kalaupun tak sama persis. Jika betul, Wings juga harus dipersoalkan produknya, jangan malah bersorak gembira karena Indomie lagi disorot karena berpotensi membahayakan kesehatan”.
PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk sebagai produsen Indomie menyatakan produk-produk miliknya telah sepenuhnya memenuhi panduan dan peraturan yang berlaku secara global, yang sudah ditetapkan Codex Alimentarius Comission, sebuah badan internasional yang mengatur standar makanan.

Nah, benar atau tidaknya indomie ini mengandung bahan pengawet koesmetik ya pemerintahlah yang harus bijak menanggapinya. Biasanya pun tak berpengaruh besar do bagi orang Indonesia. Jangankan pengawet kosmetik, pengawet mayat pun dipakai untuk tahu tetap juga kita makan tahu, boraks dipakai untuk bakso tapi baksopun semakin laris manis, bahkan rokok pun yang bisa menyebabkan kanker tetap saja laku keras. Cuma apakah memang Indomie ini mengandung bahan pengawet kosmetik, atau persaingan bisnis yang nak menghancurkan Indofood, tak tahu lahhhhh saya.***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar