Minggu, 20 Februari 2011

tengku dachril

Nuklir untuk Kesejahteraan
Tengku Dachril
RIAUPOS > FEBRUARY 20, 2011

Setiap kali kita mendengar kata nuklir disebutkan yang selalu terbayang dalam ingatan  kita hanyalah bom atom yang maha dahsyat bahayanya. Apalagi bagi orang-orang yang pernah tinggal di Hiroshima atau Nagasaki, pastilah yang teringat baginya hanyalah kedahsyatan bom atom yang meluluh-lantakkan kedua kota itu.  
Seorang anak yang sedang berdiri di depan rumahnya  menggenggam segelas minuman, tiba-tiba meleleh seluruh jasatnya, sehingga tinggallah seonggok tulang dengan  tengkorak kering di atasnya, dan tulang jari yang sedang menggenggam gelas tadi   terbenam ke dalam gelas yang mencair. Hampir seluruh kota menjadi puing-puing yang berserakan.  Sungguh dahsyat teknologi hasil karya cipta manusia itu kalau hanya sekadar untuk membunuh antara sesamanya.

Namun di dalam Alquran Allah telah berfirman “bahwa tidak ada suatu zat pun yang dia ciptakan sia-sia tanpa ada manfaatnya  bagi kehidupan umat manusia. Hanya manusia yang ariflah yang mampu memanfaatkan segala  hasil karya cipta Allah itu untuk kesejahteraan hidup  manusia”. Ternyata teknologi nuklir pun sebenarnya sangatlah bermanfaat bagi kehidupan umat manusia dan kita bersyukur ternyata Indonesia telah berhasil menguasai teknologi nuklir itu secanggih apapun melalui Badan Tenaga Nuklir  Nasional (Batan). Hal inilah yang disampaikan oleh Dr Taswanda Taryo, Deputi Pendayagunaan Hasil Litbang dan Pemasyarakatan Iptek Nuklir, beberapa hari yang lalu di Masjid Agung An-Nur  dan dalam rapat teknis Balitbangda se-Riau baru-baru ini di Pekanbaru.

Salah satu hasil kajian yang berhasil dilakukan oleh Badan Tenaga Nuklir Nasional adalah teknologi pangan. Mereka mampu meningkatkan produksi hasil pertanian, peternakan, perikanan dan juga  perkebunan. Ternyata radiasi tenaga nuklir mampu mempertinggi hasil tanaman, memperpendek umur, memperpendek tinggi  tanaman dan tahan terhadap hama dan penyakit. Beberapa jenis padi unggul telah dihasilkan oleh Badan Tenaga Nuklir Nasional ini antara lain, varietas padi Diah Suci/2004, Mira-1/2006 dan Yuwono dengan produksi di atas 9 ton per hektare. Mereka juga menemukan varietas kedele Mutiara-1 dengan produksi 4,06 ton per hektare untuk satu kali tanam. Mereka juga bisa mempercepat proses pertumbuhan ternak dengan memberi nutrisi berupa multinutrien Molasses Block (UMMB), sehingga pertumbuhan ternak sapi menjadi lebih cepat serta memperlama masa simpan ikan olahan dari beberapa bulan saja menjadi lebih dari satu tahun.

Teknologi nuklir ternyata bukan saja berguna untuk meningkatkan mutu pangan, melainkan juga sangat berguna dalam bidang kesehatan, bidang air, bidang industri dan juga bidang energi. Pada hari ini, Provinsi Bangka Belitung sudah menjalin kerja sama dengan Badan Tenaga Nuklir Nasional untuk melakukan kajian persiapan pembangunan pembangkit listrik tenaga nuklir di Bangka Belitung.  Dengan luas lahan sekitar 30 hektare saja, Insya Allah akan bisa dibangun PLTN (pembangkit listrik tenaga nuklir) dengan kapasitas di atas 1.000 MW. Hal ini adalah sebuah prestasi yang cukup mencengangkan. Pada saat kita menjerit kekurangan listrik, ada teknologi hasil karya putra bangsa yang mampu memberikan solusi, namun belum kita manfaatkan. Indonesia termasuk negara yang sama sekali belum menggunakan teknologi nuklir sebagai pembangkit tenaga listirk, padahal jiran tetangga kita seperti  Australia, Jepang, Cina, Korea Selatan, Vietnam, dan juga Malaysia sudah menggunakannya.

Ketika saya tanya apakah Riau mempunyai peluang untuk membangun pembangkit listrik tenaga nuklir, mereka jawab mengapa tidak? Riau termasuk salah satu negeri yang aman dari goncangan gempa bumi, sehingga dianggap kawasan yang cukup aman untuk membangun PLTN. Apalagi Riau termasuk sebuah provinsi yang memiliki pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi di Indonesia, sehingga keperluan akan energi listrik pada masa yang akan datang pasti akan semakin besar.  Karena itu sudah saatnya Riau melakukan hubungan kerja sama dengan Badan Tenaga Nuklir Nasional, sehingga berbagai hasil temuan mereka terutama di bidang pangan dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Apalagi Riau sekarang sedang berjuang untuk meningkatkan produksi beras  melalui Operasi Pangan Riau Makmur (OPRM). Selain meningkatkan luas areal penanaman padi, saya kira juga perlu mengadopsi teknologi untuk meningkatkan produktifitas. 

Dengan memperpendek umur tanaman kita dapat memperbanyak masa tanam dua atau tiga kali dalam setahun. Dengan demikian, maka diharapkan produkifitas lahan pertanian yang semakin sulit untuk diperluas dapat ditingkatkan produktifitasnya  secara maksimal. Saya melihat orang Jepang memproduksi  padi di lahan sempit. 

Walaupun mereka tidak bisa panen dua atau tiga kali dalam setahun, karena ada musim dingin. Namun karena mereka menggunakan bibit unggul  serta menguasai teknologi pertanian  mutakhir, maka di  lahan yang terbatas pun mereka bisa memperoleh hasil yang mencukupi, bahkan mereka pernah mengekspor beras ke Indonesia pada saat Indonesia kekurangan beras.

Karena itu ajakan dari pimpinan Badan Tenaga Nuklir Nasional  untuk bekerja sama dengan  Balitbang Riau dan dua universitas di Riau yaitu Universitas Riau dan Universitas Islam Riau perlu disambut dengan baik.  Secanggih apapun teknologi yang mereka temukan jika tidak diaplikasikan secara konkrit dalam kehidupan masyarakat untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat, maka tentulah teknologi itu sama sekali tidak ada gunanya. Bayangkan Badan Tenaga Nuklir Nasional ini telah berdiri sejak tahun 1957, dan telah menghasilkan bermacam-macam hasil teknologi, namun karena kurang disosialisaikan, banyak masyarakat yang kurang memahami.  Termasuk teknologi pembangkit listrik tenaga nuklir.

Berapa banyak kajian yang telah mereka lakukan, berapa banyak dana yang telah mereka habiskan dan mereka telah menemukan teknologi yang menjamin keamanan teknologi tersebut, namun karena political will pemerintah belum mendukung pembangunan PLTN tersebut, maka selama ini teknologi yang mereka temukan itu menjadi mubazir. Saya sangat sependapat dengan Rektor Universitas Riau Prof Dr Ashaludin Jalil bahwa pembangkit listrik tenaga nuklir ini sudah saatnya untuk diaplikasikan di Indonesia dan  di Riau. Riau sangat memerlukan listrik dalam jumlah yang sangat besar. Kita tidak ingin ada lagi desa-desa yang gelap gulita di Riau karena ketiadaan listrik. Apalagi kita sudah berazam ingin membangun dunia industri secara besar-besaran di Riau. Bahkan setiap desa seyogyanya  memiliki produk yang menjadi andalan masing-masing desa yang bersangkutan. Kalau tidak ada energi listrik, maka tak banyak produk yang bisa kita hasilkan, sehingga tusuk gigi pun perlu kita datangkan dari Cina.

Syukurlah dengan adanya Pekan olahraga Nasional (PON) yang akan digelar di Riau pada tahun 2012 mendatang, telah mendorong pemerintah pusat untuk mencukupi keperluan  listrik Riau. Insya Allah dalam waktu dekat Riau tidak lagi kekurangan listrik dalam jumlah yang terlalu besar. Ini adalah dampak positif yang sangat nyata dari diselenggarakannya PON XVIII di Riau. Namun dalam jangka panjang Riau tentu saja akan memerlukan energi yang cukup besar. Kita seharusnya tidak harus menunggu sampai potensi sumberdaya alam kita terkuras habis atau kualitas lingkungan hidup kita rusak berat baru kita berfikir untuk mencari energi alternatif. Mulai sekaranglah  kita seharusnya memikirkannya. Kita benar-benar berharap pada tahun 2020 nanti paling tidak sudah ada rencana pemerintah untuk membangun PLTN dengan kapasitas 10.000 Megawatt di Indonesia, dan 1.000 Megawatt di antaranya di  Riau. Insya Allah. Amin.***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar