Jumat, 11 Februari 2011

tabrani rab

Natal
Tabrani Rab
Riaupos > December 26, 2010


Kata Christmas (Hari Natal) berasal dari kata Cristes maesse, frase dalam Bahasa Inggris yang berarti Mass of Christ (Misa Kristus). Kadang-kadang kata Christmas disingkat jadi Xmas. Tradisi ini diawali Gereja Kristen terdahulu. Dalam bahasa Yunani, X adalah kata pertama dalam nama Kristus (Yesus). Huruf ini sering digunakan sebagai simbol suci. Natal adalah hari raya umat Kristiani untuk memperingati hari kelahiran Yesus Kristus. Tak ada yang tahu tanggal berapa tepatnya hari lahir Kristus, namun kebanyakan orang Kristen memperingati Hari Natal pada 25 Desember. Pada hari itu, banyak yang pergi ke gereja mengikuti perayaan keagamaan khusus. Selama masa Natal, mereka bertukar kado dan menghiasi rumah mereka dengan daun holly, mistletoe, dan pohon Natal.

Kisah Natal berasal dari Injil Santo Lukas dan Santo Matius dalam Perjanjian Baru. Menurut Lukas, seorang malaikat memunculkan diri pada para gembala di luar kota Betlehem dan mengabari mereka tentang lahirnya Yesus. Matius juga menceritakan bagaimana orang-orang bijak, yang disebut para majus, mengikuti bintang terang yang menunjukkan pada mereka di mana Yesus berada.

Catatan pertama peringatan hari Natal adalah tahun 336 sesudah Masehi pada kalender Romawi kuno, yaitu pada 25 Desember. Perayaan ini kemungkinan besar dipengaruhi perayaan yang dilakukan umat di luar Nasrani pada saat itu. Sebagai bagian dari perayaan itu, masyarakat menyiapkan makanan khusus, menghiasi rumah mereka dengan daun-daunan hijau, menyanyi bersama dan tukar-menukar hadiah.
Dalam Catholic Encyclopedia, edisi 1911, dengan judul “Christmas”, ditemukan kalimat yang berbunyi sebagai berikut: “Christmas was not among the earliest festivals of Church…the first evidence of the feast is from Egypt, Pagan customs centering around the January calends garvitated to christmas.” “Natal bukanlah upacara gereja yang pertama; melainkan ia diyakini berasal dari Mesir. Perayaan yang diselenggarakan oleh para penyembah berhala dan jatuh pada bulan Januari ini, kemudian dijadikan sebagai hari kelahiran Yesus.”

Kebiasaan-kebiasaan itu lama-kelamaan jadi bagian perayaan Natal. Pada akhir tahun 300-an Masehi Kristen jadi agama resmi Kekaisaran Romawi. Di tahun 1100 Natal telah jadi perayaan keagamaan terpenting di Eropa, di banyak negara-negara di Eropa dengan Santo Nikolas sebagai lambang usaha untuk saling memberi. Hari Natal semakin tenar hingga masa Reformasi, suatu gerakan keagamaan di tahun 1500-an .

Para cendekiawan Nasrani juga ada yang mengkritisi pohon Natal. Herbert W Armstrong salah satunya. Masih dalam bukunya yang “kontroversial” itu (The Plain Truth about Christmas), ia menyatakan, di antara penganut agama Pagan (penyembah berhala) kuno, pohon itu disebut “Mistleto” yang dipakai pada saat perayan musim panas, karena mereka harus memberi persembahan suci ke matahari, yang telah memberi mukjizat penyembuhan.
Terlepas dari kebenaran kisah-kisah di atas, hingga hari ini pemasangan pohon natal masih menimbulkan pro dan kontra di kalangan umat Kristen. Bagi orang-orang yang tak berkenan dengan pohon Natal mengisahkan, pada zaman dahulu bangsa Romawi menggunakan pohon cemara untuk perayaan Saturnalia, mereka menghiasinya dengan hiasan-hiasan kecil dan topeng-topeng kecil, karena pada 25 Desember ini adalah hari kelahiran dewa matahari, Mithras, yang asal mulanya dari Dewa Matahari Iran yang kemudian dipuja di Roma.

Begitulah kontoversi tentang Natal. Namun biarlah itu kan urusan umat Nasrani sendiri. Tapi, karena di tengah-tengah kita dihembuskan ide tentang toleransi beragama, yang kemudian menyeret sebagian besar umat Islam untuk ikut-ikutan merayakan bersama mereka sebagai bentuk penghormatan, maka ini yang jadi masalah. Intinya, kita ingin menjelaskan, ikut terlibat dalam merayakan hari keagamaan umat atau kaum lain-selain Islam, adalah haram dalam pandangan Islam.

Supaya tidak timbul kontroversi maka sebagai upaya pengamanan selama perayaan Natal 2010 dan New Year 2011, Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta bersama Polda Metro Jaya menerjunkan 9.989 personel aparat. Pengamanan akan dilakukan mulai 24 Desember 2010 hingga 2 Januari 2011. Sebanyak 1.619 tempat ibadah dan 878 tempat hiburan jadi fokus pengamanan. Pemprov bersama Muspida DKI lainnya siap memberi jaminan keamanan pada umat Kristiani yang akan merayakan Natal di gereja masing-masing. Sehingga, warga Jakarta, khususnya umat Kristiani, tak perlu merasa ragu dan khawatir menjalankan perayaan Natal dan Tahun Baru.”Selama perayaan, petugas-petugas ini akan berjaga-jaga di posisinya masing-masing. Dengan begitu, diharapkan kondisi Jakarta akan aman terkendali,” lanjut gubernur yang akrab disapa Foke ini.

Sebagai antisipasi terhadap ancaman teror, Sutarman mengaku, pihaknya telah melakukan berbagai operasi penertiban, seperti penertiban premanisme, kejahatan dengan senjata api dan operasi zebra jelang Natal dan Tahun Baru. Menurut Sutarman, pihaknya menerima informasi prediksi intelijen yang menyatakan sel-sel teroris masih hidup dan kemungkinan bisa melakukan pembalasan. “Indikasi terjadinya ancaman itu, ada di beberapa daerah, bukan di Jakarta,” ujarnya. “Kewaspadaan terhadap adanya sel-sel teroris yang masih aktif itu perlu dilakukan. Kami juga sudah menempatkan personel yang berpakaian preman dan petugas berseragam berpatroli di gereja-gereja,” ungkapnya. Panglima Kodam Jaya Mayjen TNI Marciano Norman menegaskan, pihaknya beserta seluruh kekuatan siap turun ke lapangan untuk meng’aman’­kan perayaan Natal dan Tahun Baru 2010/2011 di Jakarta.***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar