Selasa, 08 Maret 2011

TENGKU DAHRIL

MEKAH
RIAUPOS > FEBRUARY 27, 2011

Setiap kali saya menjejakkan kaki di Kota Mekah, hati saya senantiasa bergetar. Inilah kota yang paling tua dalam sejarah kehidupan dan peradaban umat manusia.  Nabi Adam dan isterinya Siti Hawa mengukir sejarah di sini.  Mereka bertemu di Jabal Rahmah setelah berpisah selama ratusan tahun setelah tercampak dari surga, karena memakan buah khuldi  yang dilarang.

Ribuan orang setiap hari berkunjung ke bukit ini guna melihat monumen sejarah sebagai saksi bisu bahwa di sini dahulu ada dua orang manusia pertama menumpahkan rasa rindu setelah  dipisahkan oleh  ruang dan waktu lebih dari seabad lamanya.  Mereka sujud syukur seraya bermohon ampun ke hadirat Allah atas segala dosa dan kesalahan yang pernah dilakukan selama ini.  Doa mereka dikabulkan Allah, Tuhan Yang Maha Pengabul doa.  Napak tilas perjalanan sejarah mereka yang paling akbar diabadikan dalam pelaksanaan ibadah haji ataupun umrah.

Kenapa Nabi Adam dan Siti Hawa memakan buah khuldi yang terlarang, sehingga mereka tercampak ke bumi? Andaikan mereka tidak memakan buah khuldi yang dilarang, apakah mereka akan tetap tinggal di surga? Kalau mereka tetap tinggal di syurga, untuk apa bumi diciptakan Allah? Bukankah Allah sendiri telah menyatakan kepada para malaikat bahwa Dia akan menjadikan manusia sebagai khalifah di bumi?

Setiap ayat yang diturunkan Allah pasti mengandung makna yang mendalam. Hanya orang-orang yang ariflah yang mendapat petunjuk dan hidayah dari Allah yang mampu menangkap pesan-pesan yang tersurat dan yang tersirat di dalam Alquran.  Tanpa Alquran diturunkan Allah, maka dapat dipastikan tidak akan mampu kita memahami bagaimana asal usul  kejadian manusia yang sesungguhnya.

Salah satu dampak dari Nabi Adam memakan buah khuldi yang terlarang adalah tanggalnya pakaian yang melekat di tubuhnya masing-masing, sehingga nampaklah  aurat  masing-masing. Hal ini menandakan Nabi Adam belum pernah menanggalkan pakaiannya sekalipun  sebelum mereka memakan buah khuldi.  Hal ini juga berati bahwa mereka tidak pernah melakukan hubungan, sehingga mereka juga tidak akan pernah melahirkan keturunan.

Kedua, Nabi Adam dan Siti Hawa juga  mempunyai naluri rasa malu yang tinggi, sehingga mereka langsung menutupi aurat mereka dengan daun-daun syurga sebelum mereka tercampak ke bumi.  Setelah mereka tercampakpun, mereka tidak saling bertemu, karena terpisah oleh jarak yang jauh, sehingga memerlukan waktu yang lama untuk saling bertemu. Ketiga, Nabi Adam (laki-laki) adalah pihak yang mempunyai inisiatif untuk mencari  pasangan hidupnya, sedangkan Siti Hawa (perempuan), hanya menunggu di sekitar tempat dia diturunkan. Ketika mereka bertemu, rasa rindu yang mendalam  tidaklah mengalahkan rasa malunya  kepada Allah, sehingga mereka memohon ampun atas segala kesalahan, dan sujud syukur atas anugerah Allah yang teramat besar kepada mereka berdua dengan petunjuk dan hidayah.

Andaikan  petunjuk dan hidayah tidak mereka dapatkan  tentulah mereka akan tersesat dari jalan yang benar dan mereka tidak akan pernah bertemu lagi.  Bumi ini amatlah luas bagi kehidupan dua orang anak manusia.

Napak tilas perjalanan sejarah Nabi Adam berlanjut di Kota Mekah. Inilah tempat pemukiman pertama anak manusia dan juga rumah tempat ibadah. Ka’bah dibangun oleh Nabi Adam, dan ditinggikan fondasinya oleh Nabi Ibrahim bersama anaknya Nabi Ismail. Kononnya Nabi Adam dan Siti Hawa lah orang pertama yang tawaf di sekeliling Ka’bah yang kemudian dilanjutkan oleh syariat Nabi Ibrahim. Islam mengukuhkan pelaksanaan ibadah haji sebagai Rukun Islam yang kelima bagi orang-orang yang mampu melaksanakannya. Sedangkan bagi mereka yang tidak mampu,  tidak ada kewajiban baginya.

Pada hari ini kita melihat banyak sekali umat Islam yang sudah mampu melaksanakan ibadah haji, sehingga setiap tahun jumlah orang yang mendaftar jauh lebih banyak dari koata haji yang ditetapkan pemerintah. Karena itu kita selaku bangsa Indonesia yang mayoritas penduduknya beragama Islam wajib bersyukur ke hadirat Allah, karena telah diberi kesempatan oleh Allah untuk membangun negeri ini sesuai dengan potensi sumberdaya alam yang besar.

Secara jujur haruslah diakui bahwa  ekonomi umat Islam sekarang jauh lebih baik dari tahun-tahun sebelumnya.  Apalagi negara kita termasuk negara yang cukup aman dengan kondisi yang kondusif bagi umat Islam untuk maju. Sekarang tinggal upaya kita untuk mengembangkan dan mengaplikasikan ilmu pengetahuan dan teknologi secanggih apapun untuk kesejahteraan rayat Indonesia. Seluruh rakyat Indonesia harus disadarkan akan tugas dan tanggung jawabnya sebagai hamba Allah untuk memakmurkan negeri ini.

Kita harus memanfaatkan potensi sumberdaya alam yang dianugerahi Allah untuk dimanfaatkan secara optimal untuk kesejahteraan rakyat. Kita tidak boleh merusak alam dengan semena-mena tanpa menjaga keseimbangannya. Inilah agaknya hikmah yang terkandung dalam  surat Ar-Rahman ayat tujuh (7) sampai dengan sembilan (9) yang artinya, “Dan langit telah ditinggikan-Nya dan Dia ciptakan keseimbangan, agar kamu jangan merusak keseimbangan itu, Dan tegakkanlah keseimbangan itu dengan adil dan janganlah kamu mengurangi keseimbangan itu”. (Ar-Rahman 7-9).  Maha Benar Allah dengan segala firman-Nya.

Allah benar-benar Maha Penyayang. Dia telah menciptakan segala yang ada di bumi ini untuk mahluknya yang bernama manusia. Simaklah firman Allah dalam surat Ar-Rahman ayat delapan (8) sampai dengan 13 yang artinya, “Dan bumi telah dibentangkan-Nya untuk mahluk(-Nya). Di dalamnya ada buah-buahan dan pohon kurma yang mempunyai kelopak mayang, dan biji-bijian yang berkulit dan bunga-bunga yang harum baunya. Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?” (Ar-Rahman, 8-13). Maha Benar Allah dengan segala firman-Nya.

Untuk mengaplikasikan rasa syukur kita ke hadirat Allah yang telah memberi  rezeki kepada kita semua, maka kita laksanakanlah  ibadah haji kalau sudah cukup persyaratannya. Kewajiban haji itu hanya sekali seumur hidup, sedangkan umrah boleh berkali-kali sesuai menurut kemampuan masing-masing.   Saya sangat bersyukur ke hadirat Allah karena telah dapat melaksanakan ibadah haji  dua kali. Sekali pada tahun 1995 bersama isteri dan kakak,  dan sekali lagi pada tahun 2001 bersama isteri, anak-anak dan juga kakak. Sebenarnya masih terpendam keinginan di dalam hati untuk berhaji minimal satu kali lagi, namun karena kondisi yang kurang mengizinkan, dan ditambah pula dengan waktu menunggu (waiting list) yang sangat panjang, maka syukur Alhamdulillah keinginan itu dapat juga dipenuhi melalui pelaksanaan ibadah umrah, sehingga tidak perlu mengurangi jatah orang-orang  yang belum berhaji.

Ketika saya melihat orang tawaf di sekeliling Ka’bah dari lantai tiga, saya melihat arus orang yang bergerak di sekeliling Ka’bah itu sangatlah teratur. Hampir tidak ada seorang pun yang bergerak melawan arus. Keteraturan inilah menjadi bukti nyata betapa patuhnya  manusia  atas perintah Allah.

Apapun yang diperintah  Allah dan dicontohkan oleh baginda rasul, dilaksanakan dengan sebaik-baiknya. Ketika Allah menyuruh kita tawaf,  kita tawaf, ketika Allah menyuruh kita rukuk dan sujud, kita rukuk dan sujud dan ketika Allah menyuruh kita melaksanakan sa’i antara Safa dan Marwa, kita pun laksanakan dengan kidmat. Insya Allah itulah yang menjadi kebanggaan kita nanti di hadapan Allah pada hari akhirat.

Sungguh banyak pelajaran yang dapat kita raih dari pelaksanaan haji atau pun umrah. Ayat-ayat Allah yang tertulis (Alquran) turun di kedua kota suci itu. Mari kita berdoa ke hadirat Allah semoga kita termasuk orang yang mempunyai kemauan yang kuat sekaligus kemampuan untuk melaksanakannya.  Semoga Allah meridhoinya. Amin.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar