Senin, 07 Maret 2011

TABRANI RAB


ASAL TANGKAP
RIAUPOS > February 27, 2011

Di Riau ini memang kalau narkobanya tak kalah dengan Jakarta. Sedangkan pelarian narapidananya tak kalah dengan Poso. Sementara hantu-hantu yang lain illegal logging, perampokan, pencurian makin lama makin dahsyat. Korupsi yang paling ngetop di Riau, paling tidak inilah kata masyarakat. Sehingga tak satu perkara korupsipun yang diangkat ke pengadilan.  Lalu bagaimana baiknya? Sudahlah mencari penjahat susah, kalaupun ada kelompok penjahat termasuk dalam kasus narkoba membuat gang mafia termasuk pula kasus korupsi, maka marilah kita setuju jajaran kepolisian tembak dulu baru ditangkap.

Sejak dulupun yang namanya judi, ekstasi dan prostitusi ini disebutlah kasus prima dan dapat diukur dari kegagalan aparat penegak hukum untuk membasminya. Satu kali Kapolda Riau, Rahim, pidato di depan umum “kita akan memberantas judi dan sie jie sampai ke akar-akarnya dan sejak besok saya tidak mau lagi terdengar ada kupon sie jie yang terjual”. Maka keesokan harinya jam 10 pagi sayapun membeli kupon sie jie di depan praktek saya Rp500 selembar sebanyak 10 lembar. Lalu sayapun menghadap Kapolda “Pak, ini kupon sie jie yang saya beli hari ini Pak. Sebab kemarin Bapak pidato tak boleh lagi ada kupon sie jie”. Sang Kapolda pun merubah pembicaraannya dan hilanglah cerita sie jie tadi.

Adalah yang namanya Zulkifli, ia dituduh menjual narkoba dan togel. Malamnya ia didatangi tiga anggota kepolisian dari Polsek Kampar di kedainya. Polisi inipun membawa paksa Zulkifli ini ke kantor polsek setelah Zulkifli ini babak belur dipukuli polisi. Dalam kondisi bonyok, leher dicekik, tangannya dipelintir pokoknya habis dah lumat si Zulkifli ini, polisipun menanyakan dari mana asalnya. Setelah dirinya mengatakan bahwa ia berasal dari Desa Ranah  tiba-tiba Zulkifli dilepas polisi. Rupanya polisi ini salah menangkap warga.

Masalahnya tentu tidak sampai di sini saja. Warga setempat langsung melakukan aksi protes dan minta pertanggungjawaban dari polisi. Aksi warga makin beringas sekitar pukul 19.00 WIB ketika massa menghujani batu ke kantor polsek. Ribuan warga yang marah mengepung serta memporak-porandakan Kantor Polsek Kampar, Kabupaten Kampar. Awalnya, jumlah massa hanya ratusan orang dan dari warga Desa Ranah. Warga berupaya mempertanyakan tindakan polisi yang bertindak anarkis.

Saat itu warga meminta polisi mengeluarkan tiga polisi yang telah bertindak salah tangkap dan sempat melakukan pemukulan. Namun polisi tidak bisa mengabulkannya. Kapolres Kampar AKBP Muttaqien yang tiba di lokasi menyampaikan permintaan maafnya sembari mengatakan tiga polisi tersebut sudah diamankan di kantor polres. Kapolres mengaku siap menghadirkan tiga orang polisi tersebut. Warga yang mulai ramai berupaya menunggu. Lama menunggu, warga kehabisan kesabaran, satu persatu batu melayang ke arah kantor polsek. Mendapati kondisi yang tidak aman, kapolres berupaya menyelamatkan diri ke arah kantor.

Massa yang semakin banyak terus beringas. Mereka memasuki area kantor sembari melempar kaca serta lampu. Tidak itu saja, dua sepeda motor serta televisi di  ruang pengaduan dirusak. Sementara polisi berupaya menyelamatkan diri ke dalam kantor. Melihat tindakan massa yang kian tidak terkendali, polisi berupaya menghalau dengan beberapa kali tembakan ke udara. Sebagian massa mundur ke arah kiri. Namun massa di sisi kanan justru bergerak maju melempar. 

Polisi kembali terpojok dan menyelamatkan diri ke dalam kantor. Polisi balik menyerang dan massa di sebelah kanan mundur. Lagi-lagi massa arah kiri merangsek maju. Polisi lagi-lagi mundur. Kondisi tersebut terus berulang kali. Dentuman suara tembakan jelas terdengar saat polisi berupaya menghalau massa.
Apa akibatnya? Empat warga terluka, dua di antaranya terkena peluru yang ditembakkan polisi, dalam insiden penyerangan massa ke Kantor Polsek Kampar, Kabupaten Kampar, Riau. Ditemukannya warga yang terluka itu sekaligus mematahkan pernyataan Kapolda Riau Brigjen Suaedi Husin yang mengklaim tak ada korban dalam insiden tersebut.  Dua korban yang terluka tembak bernama Andri Syahputra dan Idris. Korban pertama kini terkulai lemah akibat luka tembakan di belakang kepalanya.

“Saya waktu kejadian menonton dari atas honda dan tiba-tiba ada benturan keras di belakang kepala saya. Ketika saya pegang ternyata sudah banyak darah,” kata Andri. Setelah diperiksa tim medis RSUD Bangkinang, Andri diketahui terkena peluru karet.  Orang tua korban Sudirman akan menuntut polisi untuk bertanggung jawab dan membayar ganti rugi akibat luka yang diderita anaknya.  Sementara itu satu korban luka tembak lainnya, Idris, masih dirawat di RSUD Bangkinang. Korban terluka di telapak tangan kanannya. Dua korban lainnya Doris dan Ipat luka robek akibat tersayat pecahan kaca. Kemungkinan besar masih ada korban luka lainnya yang belum teridentifikasi.

Karena itu Pak polisi tak usahlah sekadar pembengak saja dengan ucapan-ucapan layani dengan senyum. Bila polisi Indonesia adalah termasuk polisi yang terburuk di Asia, maka Saleh Saaf berkomentar “Bila pakar berkumpul yang timbul adalah kelakar”. Maka komentar ini boleh jugalah kita tambah “Bila polisi berkumpul yang muncul adalah pukul, bila polisi meradang yang timbul adalah tendang”, ha…ha…ha.. Sebagaimana dinyatakan Irjen Anton Bachrul Alam “wamahyahya wa mamati lillahirabbilalamin” hidup dan matiku kucurahkan bagi Allah semata, maka bagi masyarakat Kampar lari ke kanan lari ke kiri ya mati juga. Mati ko nyo Pak, he..hehe……




Tidak ada komentar:

Posting Komentar