Senin, 21 Maret 2011

TABRANI RAB


CALO ATAU PENYELAMAT

RIAUPOS > Tuesday, 15 Mar 2011 | Posted by ADMIN

 

Baru-baru ini setiap hari koran menyajikan antre minyak di setiap SPBU di Riau yang kaya minyak ini. Kenapa? Karena ketidakpastian stok BBM. “Ya mau bagaimana lagi Pak, kalau tidak ngantre seperti ini, kita tidak kedapatan bensin,” keluh Rudi supir saya ini. Lain lagi dengan kisah Amat  “Untuk mengindari antrean panjang, saya biasanya membeli BBM pada pukul 03.00 WIB. Ya saya terpaksa belakangan ini bergadang demi mendapatkan premium. Karena kalau pagi hingga petang saya tidak sabar menunggu karena panjangnya antrean. Kalau tengah malam, memang mengantre, tapi tidak separah siang hari”. Kelangkaan BBM di Riau terjadi sudah lima hari belakangan ini. Bahkan untuk harga eceran harganya sudah mencapai Rp25 ribu per  liter di mana harga normal dari Pertamina hanya Rp4.500.

Apa alasan Pertamina? Kelangkaan premium di area Pekanbaru dan sekitarnya karena kedatangan kapal tanker penyuplai premium ke Depot Pertamina Siak tidak sesuai Jadwal, ada pula lagi karena pengetatan quality control BBM jenis premium. “Kalau begini tanda-tanda apa ni Ngah?”. Negara ini tak lagi pernah becus mengurus rakyatnya.

Antre BBM ini tidak hanya terjadi di Pekanbaru. Memang yang paling parah terkena dampak kelangkaan BBM ini adalah warga Rengat. Harga bensin di tingkat pengecer meroket hingga Rp30 ribu per liter. Melambungnya harga BBM ini amat menganggu aktifitas masyarakat. Disperindag pun mengambil langkah catat plat mobil, antisipasi aksi jual kembali ke masyarakat. Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Kabupaten Indragiri Hulu terpaksa mencatat nomor polisi kendaraan roda empat yang antre BBM jenis premium di SPBU. Langkah ini terpaksa dilakukan karena Disperindag mensinyalir banyak kendaraan roda empat digunakan oknum tertentu untuk melansir BBM. Dampaknya antrean masih tetap panjang, padahal pasokan BBM dari Pertamina sudah normal.

Berdasarkan laporan masyarakat dan pemantauan kita beberapa hari ini dilapangan, disinyalir banyak oknum yang memanfaatkan situasi dengan melansir BBM di SPBU. Mereka menggunakan kendaraan roda empat. Dampaknya kebanyakan yang antre orangnya atau kendaraannya itu-itu saja.

Selain mencatat nomor polisi kendaraan roda empat petugas dari Disperindag Inhu juga melakukan  inspeksi mendadak ke sejumlah pedagang BBM eceran yang ada di Rengat. Pada sidak tersebut petugas Disprindag  yang dibantu Satpol PP meminta pedagang eceran tidak lagi menjual BBM bersubsidi lebih dari Rp7.000. Jika masih membandel Disperindag mengancam akan melaporkan pedagang eceran ke polisi untuk diambil tindakan tegas.

Dulu saya pernah ke Bengkalis untuk membela hak-hak rakyat Pambang. Terkenanglah oleh saya 50 tahun yang lalu. Dalam bayang-bayang saya alangkah indahnya Pak Bangau yang dapat memikul beras dua  goni. Dari kejauhan tampak pula Pakih Gani membawa koper besinya. Begitu keramatnya Pakih Gani kalau dia masuk kedai langsung dia membuka laci toke dan kalau mau ambil duit berapa saja akan direlakan oleh toke, karena konon  Pakih Gani keramat, makin banyak duit diambil makin besar pula pintu rezeki dibuka. Hanya kata-katanya yang paling saya ingat sampai sekarang Nambah-nambah kerje, hamput mak kerje.

Membaca lagi berita selanjutnya, apa kata Kepala Disperindag Illyanto? Kita akan upayakan untuk melakukan pencatatan terus hingga kondisinya normal. Kita berharap SPBU turut membantu mengantisipasi pihak-pihak yang mencoba melansir. Petugas SPBU pasti tahu siapa yang sudah mengisi termasuk berapa kapasitas tangki kendaraan. Apa hasilnya? Dari pencatatan nomor polisi kendaraan roda empat itu Disperindag hanya menemukan  satu mobil pick-up yang mencoba mengisi kembali BBM.

Bertitik tolak dari cerita Pakih Gani, Tak ada kerje, hamput mak kerje, bangga jugalah saya dengan usaha dari Disperindag ini. Cuma saja, manalah mungkin setiap mobil masuk dicatat nomor platnya, pakai tulis di kertas pula lagi. Untuk satu SPBU saja dah pening kepala Satpol PP ini mengecek nomor plat polisinya kalau-kalau ada yang sama. Apalagi SPBU ini tidak hanya satu di Rengat tu do, mungkin saja mereka ini mengisi tiap sebentar di SPBU yang berbeda, macam mane nak mengeceknya, tak ade keje cari keje hamput  mak keje.

Nah, akan teruskah Chevron mengibuli kita sementara Pertamina yang sejarahnya koruptor dan menteri sumber minyak yang tidak kompeten menyebabkan semua warga harus antre di negara penghasil minyak ini? Jawablah oleh Anda sendiri… Selamat menderitalah hidup di Riau.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar