Senin, 21 Maret 2011

FEIZAL QAMAR KARIM


ANARKI
RIAUPOS > Wednesday, 9 Mar 2011 | Posted by IDRIS


ANARKI sudah diadopsi jadi bahasa kita yang arti praktisnya kekerasan. Kata asalnya anarchy yang berarti tanpa pemerintahan (sementara monarki berarti pemerintahan tunggal, kerajaan); bermakna tidak ada hukum dan tata sosial yang mengatur kehidupan masyarakat (law and social order) sehingga orang bisa berbuat sekehendaknya atau memaksa orang lain dengan kekerasan.

Dalam kehidupan sehari-hari, anarki sering digunakan untuk menggambarkan perbuatan sekelompok orang yang melakukan pemaksaan atau kekerasan pada pihak lain yang dapat menimbulkan kerusakan harta-benda atau korban manusia.

Tindak kekerasan bisa terjadi apabila orang dengan persepsi dan perasaan yang sama akan sesuatu seperti pendukung tim sepakbola, penonton konser, dan unjuk rasa, berkumpul dalam jumlah yang banyak.

Lalu mereka terprovokasi untuk berhadapan dengan pihak lain, bahkan dengan aparat keamanan.

Jika kita perhatikan kemungkinan terjadinya, selain tergantung pada kualitas penegakan hukum yang ada, dipengaruhi pula oleh tingkat intelektualitas, lingkungan sosial-budaya, dan kelompok usia.

Makin tinggi atau baik tingkatan itu, makin kecil pula kemungkinan orang melakukan tindak anarki.

Karena itu di negara-negara maju orang yang suka melakukan kekerasan dianggap rendah karena lebih pandai menggunakan tangannyanya dibandingkan kepalanya.

Di negeri kita, anarkisme menjadi tontonan sehari-hari yang dipicu antara lain oleh perselisihan antar-umat beragama, salah paham antar-kampung, saling ejek para pemuda, saling senggol dalam konser, atau unjuk rasa yang tak tersalurkan dengan baik.

Anarkisme juga bisa terjadi berupa perkelahian antar-mahasiswa di kampus yang sama, antar-kampung secara turun temurun, atau oleh pendukung tim sepakbola yang kalah terhadap objek atau orang yang mereka temukan (hooliganisme).

Melihat cara-cara dan senjatanya, kita bisa merinding karena sangat membuka terjadinya kerusakan berat harta benda, cedera parah, atau korban nyawa manusia. Anarki juga bisa dalam bentuk lain seperti vandalisme dan graffiti.

Mungkin ada yang merasa bangga ketika merusak fasilitas umum atau menganggap coret-moret tembok umum itu sebagai sebagai kreativitas, tapi secara jujur kita tidak suka jika rambu lalu-lintas hilang dan WC umum atau tembok pagar kita penuh graffiti. Yang pasti semua anarkisme adalah akhlak yang buruk.

Buruknya akhlak kolektif anak bangsa itu bisa jadi karena himpitan hidup, ketimpangan sosial, ketiadaan keteladanan, kelemahan penegakan hukum, atau berbagai kebobrokan?

Mungkin para sosiolog dan psikolog lebih dapat menjelaskan hal ini serta para alim-ulama dapat melihat kekosongan rohani generasi muda sekarang.

Yang jelas kita wajib memperbaikinya yang bisa dimulai dari menentukan batasan kekerasan sebagai titik acuan dan membuat roadmap rencana tindak dengan baik dan lengkap.

Jika tidak, kita akan melahirkan lost generation masa datang, itu pun kalau negeri ini belum kiamat karena anarkisme yang masif.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar