Selasa, 08 Maret 2011

CHAIDIR

WALIKOTA ABG
RIAUPOS > MARCH 7, 2011

BUKAN Amerika namanya, kalau tidak menyukai sesuatu yang spektakuler. Pada tanggal 21 November 2005, Michael Sessions, saat itu masih berusia 18 tahun dan masih duduk di kelas 10 (setara dengan kelas 1 SMA), mengucapkan sumpah jabatannya setelah terpilih sebagai Wali Kota Hillsdale, Negara Bagian Michigan, AS (gatra.com).

Anak Baru Gede (ABG) ini mengalahkan pemangku jabatan (incumbent) Wali Kota Doug Ingles (51), dengan hanya menang tipis dua suara saja pada Pemilukada, 8 November 2005 lalu. Tapi itu sudah cukup baginya untuk tercatat dalam daftar Wali Kota termuda di Amerika. Maka upacara pengucapan sumpahnya menarik perhatian masyarakat kota yang berpenduduk 8.200 jiwa itu dan diliput oleh ramai wartawan serta lusinan kamera televisi yang datang dari pelbagai belahan dunia seperti Mexico, Rusia dan Jepang.

Menariknya, Sessions hanya menghabiskan dana sebesar 700 dolar AS (sekitar Rp7 juta saja) untuk kampanye pemilihannya. Dana itu pun bukan dari kocek  orangtuanya, atau kakek, atau paman, pacar, atau dari donatur. Dana itu hasil kerja paruh waktu selama musim panas (Mei-Agustus) 2005. Setelah resmi sebagai wali kota, Sessions menyebut agendanya: pukul 07.30-14.30 ia adalah pelajar SMA. Pukul 15.00-18.00 ia sebagai Wali Kota Hillsdale.

Michael Sessions tidak sendiri mencatatkan tinta emas, ada beberapa ABG lain yang tidak mau kalah. Ada John Tyler Hammons (21), sejak 2008 sampai sekarang menjabat sebagai Wali Kota Muskogee di Negara Bagian Oklahoma. Hammons adalah seorang mahasiswa di Universitas Oklahoma. Ada pula Kyle Corbin (18), wali kota di Union, Justin Nickels (22) wali kota di Manitowoc, Jenny Lynn (20) menjadi Wali Kota Sligo, dan Trey A Joy (19) menjadi wali kota di Smith Center, Kansas.

Dan sebenarnya masih panjang daftar ABG Amerika yang sukses memenangkan jabatan politik, bila mau ditulis satu per satu. Hebatnya, ABG ini umumnya menjungkalkan lawan-lawannya, tokoh-tokoh yang sudah berpengalaman dan menyandang pendidikan tinggi pula, entah itu incumbent, tokoh Parpol atau bahkan mantan senator Amerika.

Pada bulan November 2010 lalu, kota Oakland, Negara Bagian California, AS mencatat sejarah baru ketika Quan Jean (61) seorang tokoh perempuan asli keturunan Tionghoa, memenangkan Pemilukada di kota tersebut. Quan Jean (50,98 persen) mengalahkan mantan Senator Don Perata (49,02 persen). Ini adalah untuk pertama kalinya Oakland dipimpin oleh seorang tokoh perempuan dan asli keturunan pendatang.

Kenapa orang Amrik bisa pilih ABG dan juga tak mempersoalkan suku? Karena pemilih di AS tak dimobilisasi dengan imbalan materi. Mereka ke TPS karena kesadaran. Mereka bebas menentukan pilihan, termasuk memberi kepercayaan kepada ABG. Mereka mengharapkan munculnya ga-gasan-gagasan segar dan orisinil, sementara orang-orang partai terlalu sarat dengan kepentingan.

Nampaknya, kita terpaksa masih harus belajar banyak tentang perilaku berdemokrasi. Pemilukada langsung di negeri kita memang lebih heboh. Heboh dalam prosedur dan seremoni, heboh dalam baliho, heboh dalam politik uang, jual beli perahu, bahkan jual beli suara. Heboh dalam dukung-mendukung. Heboh dalam tuntut menuntut. Heboh bicara suku. 
Sayang miskin nilai. Ahai…


Tidak ada komentar:

Posting Komentar